Kerinci

Kamis, 19 Januari 2012

Hasil Belajar



Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan Dimyati dan Modjiono (2002:3) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengalaman dan puncak proses belajar”. Menurut Oemar Hamalik “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.
 Winkel dalam Purwanto (2009:45) menyatakan bawa: “hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada aspek  kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2009:3) “hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki siswa setelah menerima pengaman belajarnya”.
Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan erat dengan tingkat intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir peserta didik. Sejak dahulu aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem pendidikan formal. Asfek kognitif adalah  Asfek yang membahas tujuan pembelajaran berkanaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Menurut Hamsah B. Uno dan Nurdin Muhamad (2011:56-57) bahwa: Asfek kognitif terdiri dari 6 tingkatan yang secara hierarkis berturut terdiri dari :
1.    Tingkat Pengetahuan (Knowledge)
   Pengetahuan di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
2.    Tingkat Pemahaman (Comprehension)
      Pemahaman di sini diartikan sebagai kemampuaan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menterjemahkan atau menyatakan seseatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
3.    Tingkat Penerapan (Application)
      Penerapan di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang menggunakn pengetahuan dalam memecahkan dalam berbagai masalah yang dimbul dalam kehidupan sehari-hari.
4.      Tingkat analisis (analysis)
      Analisis disini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam dalam mengunakan pengetahuan dalm memecahkan berbagai masalah yang dimbul dalm kehidupan sehari-hari.
5.      Tingkat sintesis (synthesis)
      Sintesis disini diartikan sebagai kemampuan seseoarang dalam mengaitkan dan menyatukan berbaai elemen dan unsure pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
6.      Tingkat evaluasi (evaluation)
      Evaluasi disini diartikan sebagai kemampuan seseoarang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan criteria atau pengetahuan yang dimilikinya.
Aspek afektif
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat pada kedisiplinan, sikap hormat terhadap guru, kepatuhan dan lain sebagainya. Aspek afektif berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) peserta didik.
Aspek psikomotorik
Aspek psikomotorik  menurut kamus besar bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Jadi sederhananya aspek ini menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) peserta didik setelah menerima sebuah pengetahuan. Sebaliknya dikatakan hasil kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
       Aktivitas  belajar  siswa  tidak  selamanya  berlangsung  wajar,  kadang-kadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang  dipelajari,  kadang-kadang  terasa  sulit  untuk  dipahami.  Dalam  hal semangat  pun  kadang-kadang  tinggi  dan  kadang-kadang  sulit  untuk  bisa berkosentrasi  dalam  belajar.  Demikian  kenyataan  yang  sering  kita  jumpai pada  setiap  siswa  dalam  kehidupannya  sehari-hari  di  dalam  aktivitas  belajar mengajar. Setiap  siswa  memang  tidak  ada  yang  sama,  perbedaan  individual inilah  yang menyebabkan  perbedaan  tingkah  laku  belajar  dikalangan  siswa, sehingga menyebabkan perbedaan dalam prestasi belajar. Prestasi  belajar merupakan  hasil  dari  suatu  proses  yang  di  dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi. Noehi Nasution dkk.  mengenai  belajar  ada  berbagai faktor  yang mempengaruhi  proses  dan  hasil  belajar  siswa  di  sekolah. secara garis besarnya dapat dapat dibagi kepada dua bagian, yaitu : 
1)      Faktor  Internal  (faktor  dari  dalam  diri  siswa), meliputi  keadaan  kondisi jasmani (fisiologis), dan kondisi rohani (psikologis)
2)      Faktor  Eksternal  (faktor  dari  luar  diri  siswa),  terdiri  dari  faktor lingkungan, dan faktor instrumental.
       Selanjutnya Syaiful Bahri Djamarah (2008:177) barbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang akan digambarkan dalam bentuk bagan secara lebih mendalam, Sebagai berikut:
Unsur

Luar

Lingkungan

Alami






Sosial Budaya









Instrumental

Kurikulum





Program






Saran & Fasilitas





Guru







dalam

Fisiologis

Kondisi Fisiologis






Kondisi Panca Indera









Psikologis

Minat





Kecerdasan






Bakat





Motivasi








Kemampuan Kognitif









Gambar 2.1: Bagan Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Adapun yang tergolong faktor internal adalah :
1)      Faktor Fisiologis
      Keadaan  fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya.
2)      Faktor Psikologis
         Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah intelegensi, perhatian, minat, motivasi dan bakat yang ada dalam diri siswa.
1.      Intelegensi,  faktor  ini  berkaitan  dengan  Intellegency  Question  (IQ) seseorang Perhatian,  perhatian  yang  terarah  dengan  baik  akan  menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
2.      Minat,  Kecenderungan  dan  kegairahan  yang  tinggi  atau  keinginan yang besar terhadap sesuatu.
3.      Motivasi, merupakan keadaan  internal organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
4.      Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yag akan datang.
Adapun yang termasuk golongan faktor eksternal adalah :
3)      Faktor Lingkungan
         Lingkungan merupakan bagian kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interansi kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik disekolah.
4)      Faktor Intstrumental
       Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Dalam rangka melicinkan kearah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayagunakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merncanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk menigkatkan kualitas belajar mengajar. Sarana dan fasilitas yang terserdia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
                                                                                        

Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri, 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Oemar Hamalik, 2009, Hasil Belajar (http://indramunawar.blogspot.com/pengertian-hasil-belajar/ diakses 3 Januari 2012)
Purwanto, 2009, Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sanjaya, Wina, 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana, 2009, Penilain dan Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
---------- 2009, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.


BELAJAR DAN PEMBERAJARAN METEMATIKA


 Oleh: Boni Mike


Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya selama hidup di dunia. Untuk itu, manusia tidak akan pernah berhenti belajar. Karena dalam setiap aspek kehidupan pasti terdapat kejadian yang dapat dijadikan pembelajaran. Selain itu, Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan dimana pun, kapan pun dan dalam kaadaan bagai mana pun. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan.  Menurut Gagne yang dikutip dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10) “belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru”.
Erman Suherman (2003:7) “Belajar  adalah  proses perubahan tingkah laku individu yang ralatif tetap sebagai hasil dari pengalaman”. Slameto (2010:2) menyatakan bahwa: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseoarang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan”.
Definisi lain juga dikemukakan oleh Nana sudjana (2009:28):
Belajar adalah Proses yang aktif, Belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilanya, kecakapan, dan kemampuannyadan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006:112) mengungkapkan “Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mantal yang terjadi dalam diri seseoang,sehingga menyababkan terjadinya perubahan prilaku”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamanya,sikap dan tingkah lakunya, serta keterampilannya menuju perubahan yang lebih baik dan menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Dewasa ini terjadi perubahan paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menjamin terlaksananya pembelajaran bermakna para peserta didik, didorong membangun sendiri pemahamannya, dan guru berperan sebagai fasilitator. Guru bukanlah satu-satunya sumber pengetahuan bagi peserta didik. Sumber pengetahuan tersebut sesunguhnya demikian banyak dan semuanya berada dalam lingkungan sekitar. Sehingga peserta didik dituntut lebih aktif dan kreatif dalam belajar.

Menurut Erman Suherman (2003:7) bahwa: “pembelajaran adalah merupakan upaya penataan lingkungan yang member suasana agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal”. Berkaitan dengan matematika, Nikson dalam Muliyardi mengemukakan bahwa: “Pembelajaran matematika adalah upaya membantu siswa untuk mengkonstruksikan sikap konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi. Sehingga konsep atau proses itu terbangun kembali”.
 Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin, dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika maupun bidang lain dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta
Sanjaya, Wina, 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya,Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana, 2009, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suherman, Erman  dkk., 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.

STRATEGI BELAJAR AKTIF (ACTIVE LEARNING) LEARNING TOURNAMENT


STRATEGI BELAJAR AKTIF (ACTIVE LEARNING) LEARNING TOURNAMENT
Oleh: Boni Mike
Pengertian Strategi Belajar Aktif
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar, sehingga mereka dapat memeperoleh tujuan belajar sesuai apa yang diharapkan. Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak, karena merekalah yang belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing. Oleh karena itu, setiap orang atau dengan kata lain guru mempunyai cara yang berbeda pula dalam melaksanakan suatu kegiatan dalam pembelajaran. Biasanya cara tersebut telah direncanakan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan kegiatan itu dilaksanakan. Bila belum mencapai hasil yang optimal, mereka berusaha mencari cara lain yang dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut menunjukkan bahwa orang selalu berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Setiap orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan pembelajaran, menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut dipakai sesuai dengan kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.
Strategi berbeda dengan model, metode, Pendekatan (approach) dan teknik pembelajaran. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Istilah-istilah tersebut menurut Erman Suherman (2003:5-7) adalah:
a.    Strategi pembelajaran adalah siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, berkenaan dengan segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan lancar dan tujuannya yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal.
b.    Pendekatan pembelajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan dapat diadaptasikan oleh siswa.
c.    Metode pembelajaran adalah cara menyajikan materi yang masih bersifat umum, misalnya seorang guru menyajikan materi dengan penyampaian dominan secara lisan dan sekali-kali ada Tanya jawab.
d.   Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan dalam mengimplementasikan suatu metode. 
e.    Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dikelas.
 J. R. David dalam Wina Sanjaya (2009:126) menyatakan bahwa: “Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Kemudian Hamzah B. Uno (2009:2) menyatakan:
Strategi belajar merupakan cara-cara yang dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasinya di akhir kegiatan pembelajaran.
Strategi mengajar pada dasarnya merupakan tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. dengan kata lain, strategi belajar adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan balajar yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilalukan dengan mempertimbangkan situasi, kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karateristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Belajar aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Mel Silberman (2007:1-2) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confocius apa yang dia sebut Belajar Aktif:
“Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.”

Di samping itu strategi belajar aktif menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011:77) menyatakan bahwa:
Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi ,berbuat untuk mencoba,menemukan konsep baru menghasilkan suatu karya. Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang menunggu untuk diisi. Siswa bukan lah gelas kosong yang pasif yang haya menerima kecuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi sebagai mana yang digambarkan diatas.
Zuhairini mengemukakan bahwa:
Strategi belajar aktif dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode, yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan berbagai potensi siswa, baik yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal.
Strategi Active Learning menurut Hamdani (2011:49) bahwa: “Strategi Belajar aktif Active Learning adalah salah satu cara atau strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan serta partisipasi siswa dalam setiap kegiatan belajar seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tinggah lakunya secara efektif dan efisien”.
Strategi belajar aktif juga dimaksudkan cara-cara yang dilakukan oleh pengajar untuk menjaga perhatian siswa/peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran  yang memperbanyak aktivitas siswa dalam  mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan.
Strategi Belajar Aktif Tipe Learning Tounament
Strategi belajar aktif tipe Learning Tournament adalah salah satu tekhnik instruksional dari balajar aktif (active learning), yang termasuk dalam bagian pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif adalah proses pembelajaran yang dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswanya. Pembelajaran kolaboratif dikembangkan untuk menumbuhkan rasa memiliki siswa terhadap program pembelajaran serta memberikan penghargaan yang wajar kepada guru sehingga gairah siswa untuk belajar bisa terus ditingkatkan.

Selanjutnya Mel Selberman (2009:159) Menyatakan bahwa: Learning Tournament adalah strategi belajar aktif yang merupakan suatu bentuk sederhana dari Teams Games Tournament, dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawannya, Learning Tournament juga menggabungkan satu kelompok belajar dan kompetensi tim, dan dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep dan keahlian yang luas.
Dalam tipe Learning Tournament ini siswa dibagi menjadi beberapa tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab menjawab pertanyaan dari guru. Dalam  tipe Turnamen Belajar ini, diawali dengan guru menerangkan materi secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam beberapa tim kelompok. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi diadakan suatu pertandingan akademis. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar siswa dalam kelompok atau tim, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. 
Menurut Mel Selberman (2009:159) langkah-langkah dalam pelaksanaan strategi belajar aktif tipe Learning Tournament (Turnamen Belajar) adalah sebagai berikut :
1.    Siswa dibagi dalam tim yang terdiri dari atas 2-8 orang anggota tim. Masing-masing tim harus memiliki jumlah yang sama.
2.    Memberikan materi untuk dibahas berasama.
3.    Membuat beberapa pertanyaan yang menguji pemahaman dan / atau menggingat materi pelajaran.
4.    Memberikan serangkaian pertanyaan kepada pesrta didik, sebagai “babak pertama” untuk turnamen belajar. Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan secara pribadi.
5.    Setelah pertanyaan-pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah siswa menghitung pertanyaan yang mereka menjawab secara benar. Kemudian suruhlah mereka menyatakan skor mereka kepada anggota lain dala tim tersebut untuk mendapat skor tim. Umumkan skor masing-masing tim.
6.    Mintalah tim mempelajari kembali turnamen pada babak kedua. Kemudian mintalah tes pertanyaan yang lebih banyak sebagai bagian “babak kedua”. Mintalah sekali lagi tim menyatakan skornya dan tambahan satu skor kepada gilirannya.
7.    Lakukan beberapa ronde seperti yang diinginkan.
Adapun kelebihan strategi belajar aktif  learning tournament adalah:
1)      Dengan strategi belajar aktif  learning tournament guru bisa mengontrol urutan dan keleluasaan materi pembelajaran, dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasi bahan pelajaran yang disampaikan.
2)      Strategi belajar aktif  learning tournament yang menekankan kepada aspek kognitif.
3)      Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi siswa juga beraktivitas.
4)      Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar.
5)      Meningkatkan kerja sama, kepekaan dan toleransi.
6)      Siswa termotivasi untuk menyelesaikan masalah-masalah berdasarkan pengalaman sendiri.
7)      Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif
8)      Menambah motivasi dan percaya diri
9)       Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi    teman-teman sekelasnya
10)   Mudah diterapkan dan tidak mahal
Sedangkan kelemahan strategi belajar aktif  learning tournament adalah:
1)        Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan guru mengkondisikan kelas.
2)         Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
3)        Siswa yang tekun merasa temannya yang kurang mampu  hanya menumpang pada hasil jerih payahnya. Hal ini tidak  perlu dikhawatirkan sebab dalam  pembelajaran aktif tipe turnamen belajar bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok. 

DAFTAR PUSTAKA
                                                                                    

Ayu Aryani, Sekar, 2008, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
B. Uno, Hamzah dan Nurdin Mohamad , 2011, Belajar Dengan Pendekatan PAIKEM, Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani, 2011, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia
Hartono, 2008, Strategi Pembelajaran Active Learning, (http://edu-articles.com/ Situs Pendidikan Indonesia.htm)
Hujair AH. Sanaky, 2008, Metode dan Strategi Pembelajaran Berorientasi Pada Pemberdayaan Peserta Didik, (www.sanaky.com)
Mel Silberman, 2009, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
-------------------- 2009, Active Learning: 101 Cara Siswa Belajar Aktif, Bandung: Nusa Media
Sanjaya, Wina, 2009, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Suherman, Erman  dkk., 2003, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia.
Zuhairini, 2011, Pengertian Strategi Belajar aktif (Active Learning ) http://pengertianpendek.blogspot.com201111pengertian-strategi-belajar-aktif.html